Thursday, October 30, 2014

Bangga Jadi Bejo


Karya : Jaziatun Nisa/SMA N 2 Pacitan

Kicauan burung masih terdengar, titik-titik embun pun masih basah mengenai dedauan. Rasanya tubuh ini enggan sekali beranjak dari tempat tidur. Biasanya sih di kampung  suara si emak jam segini juga belum terdengar. Ku buka mata berlahan untuk mengumpulkan segenap nyawaku, kulirik jam weker dan seketika ku melonjak dari tempat tidur  tanpa ba..bi..bu kusambar handukku.
          ‘’Biyungalah, wis telat anakmu iki mak. Masa ospek masa ospek’’Aku terus saja  mendumel sendirian  sambil secepat kilat aku bersiap dan berlari kencang bak atlit lari maraton menuju kampus UNESA
          Namaku Bejo Suraji Paijo Tirtoyoso Asmorondhono, asalku dari kota kecil tempat kelahiran presiden RI, yaitu Pacitan. Sudah seminggu layaknya aku sedang hidup membujang untuk berjuang menimba ilmu di kota orang.
                                                          ***
          “Bejo !” Panggil senior berkali-kali. Tak sampai hitungan menit aku datang.
          “Maa..maaf kak, anu tadi anu”
          “Anu-anu opo ! jenengmu Bejo Suraji Paijo Tir..Tir..Tirto  Asmorondho”
          “Weh, bukan kak, nama saya BEJJO SURRAJI PAIJJO TIRRTOYOSO ASMORRONDHONO’’ ku tekan-tekan setiap kalimat yang aku ucapkan agar terdengar jelas. Tapi spontan teman-teman ospek yang lain  menoleh ke arahku sambil tertawa cekhihikan. Dalam hati ke berkata biarlah, namaku adalah doa terbaik yang diberi oleh emak.
          “Nama kok ngalahne truk gandeng’’ Jawabnya dengan senyum kecut, akupun diam tak menghiraukannya.
                                                          ***
          Masa ospek telah berakhir, kini masa-masa awal kuliah dimulai. Disini aku diterima di Fakultas Hukum. Ku melangkah  perlahan menuju gedung audutorium tempatku menimba ilmu. Ku buka pintu berlahan betapa kagetnya seketika setiap orang memandangiku. Baju kotak-kotak, celana jeans, sepatu cats, serta belangkon yang selalu bertengger di kepalaku. Apa yang salah dariku? Tapi akupun mencoba tetap tenang dan mendengarkan dosen berkata.
          “Silahkan anda sekalian membuat kelompok yang terdiri dari 3 orang” Sekilas aku menolah-noleh untuk mencari anggota.
          “Bejo kan? Nggabung disini aja kalau mau”
          “Iya”
          “Aninditya Arga Vionita Pambayun, Alfina Putri Anggita Damayanti, Bejo Suraji Paijo Tirtoyoso Asmorondhono.
          Pada saat dosen membacakan urutan nama kelompok kami secara otomatis mereka tertawa kembali. Sikapku simple hanya melenggang pergi dan membiarkan.
                                                          ***
          Ujian semesteran juga telah usai, kucari-cari namaku di papan pengumuman. Tapi tak ketemu-ketemu juga.
“Bejo Suraji Paijo Tirtoyoso Asmorondhono” tiba-tiba seseorang menyebut namaku dengan spontan ku menoleh, dia adalah Aninditya teman sekelompokku dahulu.
“Keren jo ! itu namamu ada di urutan pertama IP (.08), selamat ya!” katanya dengan senyum simpul.
“Thanks”
“Ternyata anak Pacitanpun juga bisa jadi mahasiswa berprestasi. Maaf atas argumen teman-teman tentangmu kemarin ya”
 “Iyo nin, aku rapopo kok” jawabku dengan menggunakan logat jawa yang khas
“Apalah arti sebuah nama jo, jika kita bisa membuktikan bahwa kita mampu meraih  apa yang kita mau. Semangat terus ya..!
“Okee...”
                                                ***
Sejak saat itu, teman-teman atau siapapun sudah terbiasa dengan namaku yang kata mereka aneh, mereka juga tak pernah lagi mempermasalahkan hal itu, malah kami semua kini menjadi satu layaknya seorang saudara.
         
Disqus Comments