Karya : Jaziatun Nisa/SMA N 2 Pacitan
“Sinta... !! tungguin
donk, kamu jalannya cepet banget sih kaya di kejar kuntilanak tau’’
‘’Ihh,
kamu aja yang lelet kaya keong racun. hehehe’’ Jawabku cekhikhikan seraya
berlari menjauh meninggalkan sahabatku sebelum sepatunya melayang.
Hai, perkenalkan
namaku Sinta Agata Putri dan perkenalkan juga sahabatku Sasha Aninda Bela
Monika, orang yang selalu buatku tertawa lepas bersama ledekan-ledekan mautku.
Oh ya, Aku ini asli orang Indonesia lho, pernah sih aku nanyain tentang asal
usul namaku ini kepada kedua orangtuaku. Usut punya usut mama papaku adalah
penganggum berat negeri Sakura. Aku dan sahabatku yang satu ini adalah gadis
terajin seantero komplek. Bayangkan saja ketika fajar baru menyingsing dimana
semua orang masih bermalas-malasan di dalam surga mimpinya. Kami sudah beranjak
menuju tepi pantai hanya demi melihat sang surya menampakkan batang hidupnya.
Ya itulah hoby aneh kami semenjak kami kecil sampai sekarang kami sama-sama
sudah menginjak bangku kelas 2 SMA.
***
“Sa,
ntar jam 8 ya, aku tunggu di tempat biasa’’
Satu
message yang barusan aku kirim lewat email pribadiku. Kemudian aku pandangi
langit yang mulai beranjak pekat bertaburan dengan banyaknya bintang. Akupun
segera bergegas meninggalkan laptob kesayanganku untuk bersiap-siap. Wajahkupun
terus memancarkan rona kebahagian karena malam ini aku akan berjumpa dengan
orang yang amat aku sayangi. Maklumlah kami itu anak LDR karena dia sibuk dengan kegiatan kampusnya di
Yogyakarta. Seperti biasa disaat seperti ini sahabatku Sasha yang selalu setia
menemaniku. Walaupun kesannya dia adalah pengganggu tapi kita bertiga tetap
sama-sama enjoy bila sedang bertemu.
Setelah
waktu telah menunjukkan pukul 8 tepat, aku dan Sasha pun sudah standbay
ditempat namun anehnya dia tak kunjung datang. Egoku mulai pun beradu.
‘’Surprise
! Tiba-tiba dia sudah berada tepat dibelakangku, Spontan aku kaget.
‘’Hai sayang, apa
kabar kamu makin cantik aja’’ Katanya seraya mengacak-acak rambutku
‘’Ihh
jahat’’ Jawabku memprotes
‘’Maaf-maaf. Hai sa, apa kabar?
‘’Hmm,
e..e baik kog kak’’
‘’Sa, kamu gapapakan
?’’ Jawabannya pun membuatku bertanya-tanya. Sahabatku ini seperti sedang gugup atau bahkan ketakutan menghadapi orang
baru padahal dia sudah kenal Rio semenjak
2 tahun yang lalu ketika aku baru memulai menjalin hubungan.
***
“Sa, kapan nih kamu punya gebetan atau pacar gitu’’
tanyaku membabi buta seakan sedang menjabat sebagai pengintrogasi ternama
sembari memandangi langit senja di atap rumahnya
‘’Hmm kapan ya? Belum
kefikiran sih sin. Abis aku naksir sama seseorang. Tapi belum kesampean juga.
‘’Tumben amat?
‘’Dia udah punya cewek
sin dan akupun kenal baik sama pacarnya’’
‘’Ahh, susah amat
biasanya kalo elu maen rebut-rebut aja hehehe’’
“Ini beda problem
sin’’
‘’Ahh kamu itu sok
ilmiah banget deh, emang siapa sih sa?’’
‘’Hmm. . e. .e adadeh.
Nanti kalo udah dapet aku kasih tau deh’’
“Iya
deh’’ jawabkupun santai, dan kalau Sasha udah gitu sama artinya lampu merah dan
aku gak boleh kepo-kepo lagi’’
***
Udah
hampir 2 bulanan Rio menghilang bagai ditelan bumi. Sashapun makin sulit
dihubungi. Naluriku berkata ada yang tidak beres. Sabtu malam minggu aku
putuskan untuk menjelajah dunia internet untuk mengusir penatku. Mencoba walau
tak yakin bisa. Aku calling Rio lewat webcam pribadinya. Dan tersambung, namun
terlihat dia sedang berwebcam dengan orang lain. Aku mencoba untuk mergeing
setelah di konfirmasi. Bak disambar petir ternyata orang itu tidak lain dan
tidak bukan adalah sahabatku sendiri.
“Kenapa?
Kaget ya sin? Makanya kamu itu jangan pernah sia-siain dia’’ Aku hanya bisa
diam
‘’Bagus
ya sin disini aku jaga hati tapi kelakuanmu disana sungguh mengecewakan’’
Akupun awalnya ingin tetap diam namun semakin aku diam tuduhanpun makin
macam-macam
‘’Sia-siain
apa? Maksudnya apa? Dan kamu Rio aku slalu jaga hati kamu’’
‘’Ini
apa? Aku tertunduk lesu setelah sebuah potret wajahku dengan rekan Osisku
‘’Ini
salah faham, aku bisa jelasin. Saksinya Sasha’’
‘’Aku
sin? Helo! aku gak kenal siapa anak ini. Waktu itu aku ajak kamu balik kan,
kamu malah asyik berduaan’’
‘’Astagah’’
Aku kaget setengah mati, secepat kilat aku riject webcam Rio. Kini tinggalan aku
dan Sasha’’
‘’Oh
gini ya, aku tau jadi inilah maksud kamu fitnah aku sa? Kamu suka sama Rio?’’
‘’Apa
aku gak boleh bahagia sin? Selama ini cuma kamu yang dapet segalanya’’
‘’Oh
tentu, kamu ciptakan permainan ini. Dan apa penghargaannya? RIO? Ambil sa,
ambil ! aku gak butuh dan aku keluar dari permainan yang sebenarnya tak ingin
aku ikuti. And you is the winner’’ Tit segera saja ku akhiri percakapan tak
berguna itu
***
Sebulan
kemudian, dengan serpihan hati yang aku punya. Aku membuka kembali kenangan
lama di beranda fbku. Ku dapati juga inbox di emailku yang beratus-ratus pesan jumlahnya dari orang yang
sama. Sudahlah aku ingin fokus !! Pada akhirnyapun Rio mengetahui kebenarannya dan
dia memintaku kembali, namun tekadku sudah bulat aku berkata kepadanya ‘’Bila
kau benar-benar menyanyangiku tunggulah aku, hingga aku menamatkan pendidikan
SMAku’’. Diapun menyanggupi dan kamipun kini berteman dekat sampai tiba
waktunya nanti.