Thursday, October 30, 2014

Dia Sahabatku Dia Penghianatku


Karya : Jaziatun Nisa/SMA N 2 Pacitan

“Sinta... !! tungguin donk, kamu jalannya cepet banget sih kaya di kejar kuntilanak tau’’
          ‘’Ihh, kamu aja yang lelet kaya keong racun. hehehe’’ Jawabku cekhikhikan seraya berlari menjauh meninggalkan sahabatku sebelum sepatunya melayang.
Hai, perkenalkan namaku Sinta Agata Putri dan perkenalkan juga sahabatku Sasha Aninda Bela Monika, orang yang selalu buatku tertawa lepas bersama ledekan-ledekan mautku. Oh ya, Aku ini asli orang Indonesia lho, pernah sih aku nanyain tentang asal usul namaku ini kepada kedua orangtuaku. Usut punya usut mama papaku adalah penganggum berat negeri Sakura. Aku dan sahabatku yang satu ini adalah gadis terajin seantero komplek. Bayangkan saja ketika fajar baru menyingsing dimana semua orang masih bermalas-malasan di dalam surga mimpinya. Kami sudah beranjak menuju tepi pantai hanya demi melihat sang surya menampakkan batang hidupnya. Ya itulah hoby aneh kami semenjak kami kecil sampai sekarang kami sama-sama sudah menginjak bangku kelas 2 SMA.
                                                          ***
          “Sa, ntar jam 8 ya, aku tunggu di tempat biasa’’
          Satu message yang barusan aku kirim lewat email pribadiku. Kemudian aku pandangi langit yang mulai beranjak pekat bertaburan dengan banyaknya bintang. Akupun segera bergegas meninggalkan laptob kesayanganku untuk bersiap-siap. Wajahkupun terus memancarkan rona kebahagian karena malam ini aku akan berjumpa dengan orang yang amat aku sayangi. Maklumlah kami itu anak LDR karena  dia sibuk dengan kegiatan kampusnya di Yogyakarta. Seperti biasa disaat seperti ini sahabatku Sasha yang selalu setia menemaniku. Walaupun kesannya dia adalah pengganggu tapi kita bertiga tetap sama-sama enjoy bila sedang bertemu.
          Setelah waktu telah menunjukkan pukul 8 tepat, aku dan Sasha pun sudah standbay ditempat namun anehnya dia tak kunjung datang. Egoku mulai pun beradu.
          ‘’Surprise ! Tiba-tiba dia sudah berada tepat dibelakangku, Spontan aku kaget.
‘’Hai sayang, apa kabar kamu makin cantik aja’’ Katanya seraya mengacak-acak rambutku
          ‘’Ihh jahat’’ Jawabku memprotes
          ‘’Maaf-maaf.  Hai sa, apa kabar?
          ‘’Hmm, e..e baik kog kak’’
‘’Sa, kamu gapapakan ?’’ Jawabannya pun membuatku bertanya-tanya. Sahabatku ini seperti  sedang  gugup atau bahkan ketakutan menghadapi orang baru padahal dia sudah kenal Rio semenjak  2 tahun yang lalu ketika aku baru  memulai menjalin hubungan.
                                                ***
“Sa, kapan  nih kamu punya gebetan atau pacar gitu’’ tanyaku membabi buta seakan sedang menjabat sebagai pengintrogasi ternama sembari memandangi langit senja di atap rumahnya
‘’Hmm kapan ya? Belum kefikiran sih sin. Abis aku naksir sama seseorang. Tapi belum kesampean juga.
‘’Tumben amat?
‘’Dia udah punya cewek sin dan akupun kenal baik sama pacarnya’’
‘’Ahh, susah amat biasanya kalo elu maen rebut-rebut aja hehehe’’
“Ini beda problem sin’’
‘’Ahh kamu itu sok ilmiah banget deh, emang siapa sih sa?’’
‘’Hmm. . e. .e adadeh. Nanti kalo udah dapet aku kasih tau deh’’
          “Iya deh’’ jawabkupun santai, dan kalau Sasha udah gitu sama artinya lampu merah dan aku gak boleh kepo-kepo lagi’’
                                                          ***
          Udah hampir 2 bulanan Rio menghilang bagai ditelan bumi. Sashapun makin sulit dihubungi. Naluriku berkata ada yang tidak beres. Sabtu malam minggu aku putuskan untuk menjelajah dunia internet untuk mengusir penatku. Mencoba walau tak yakin bisa. Aku calling Rio lewat webcam pribadinya. Dan tersambung, namun terlihat dia sedang berwebcam dengan orang lain. Aku mencoba untuk mergeing setelah di konfirmasi. Bak disambar petir ternyata orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatku sendiri.
          “Kenapa? Kaget ya sin? Makanya kamu itu jangan pernah sia-siain dia’’ Aku hanya bisa diam
          ‘’Bagus ya sin disini aku jaga hati tapi kelakuanmu disana sungguh mengecewakan’’ Akupun awalnya ingin tetap diam namun semakin aku diam tuduhanpun makin macam-macam
          ‘’Sia-siain apa? Maksudnya apa? Dan kamu Rio aku slalu jaga hati kamu’’
          ‘’Ini apa? Aku tertunduk lesu setelah sebuah potret wajahku dengan rekan Osisku
          ‘’Ini salah faham, aku bisa jelasin. Saksinya Sasha’’
          ‘’Aku sin? Helo! aku gak kenal siapa anak ini. Waktu itu aku ajak kamu balik kan, kamu malah asyik berduaan’’
          ‘’Astagah’’ Aku kaget setengah mati, secepat kilat aku riject webcam Rio. Kini tinggalan aku dan Sasha’’
          ‘’Oh gini ya, aku tau jadi inilah maksud kamu fitnah aku sa? Kamu suka sama Rio?’’
          ‘’Apa aku gak boleh bahagia sin? Selama ini cuma kamu yang dapet segalanya’’
          ‘’Oh tentu, kamu ciptakan permainan ini. Dan apa penghargaannya? RIO? Ambil sa, ambil ! aku gak butuh dan aku keluar dari permainan yang sebenarnya tak ingin aku ikuti. And you is the winner’’ Tit segera saja ku akhiri percakapan tak berguna itu
                                                          ***
          Sebulan kemudian, dengan serpihan hati yang aku punya. Aku membuka kembali kenangan lama di beranda fbku. Ku dapati juga inbox  di emailku yang  beratus-ratus pesan jumlahnya dari orang yang sama. Sudahlah aku ingin fokus !! Pada akhirnyapun Rio mengetahui kebenarannya dan dia memintaku kembali, namun tekadku sudah bulat aku berkata kepadanya ‘’Bila kau benar-benar menyanyangiku tunggulah aku, hingga aku menamatkan pendidikan SMAku’’. Diapun menyanggupi dan kamipun kini berteman dekat sampai tiba waktunya nanti.

                                               

Disqus Comments