Karya : Jaziatun Nisa/SMA N 2 Pacitan
Tok! Tok!! Tok!!!
“Sayang bangun, masa perawan mama jam segini masih pelukan sama
guling!”
“Iya Ma.” Jawabku
setengah sadar.
Jam weker memang telah
menunjukkan pukul 08.00 pagi. Aku angkat badanku meninggalkan surga mimpiku. Ku
buka tirai dan oooughh... betapa
silaunya, ternyata matahari sudah tinggi. Hmmmmmb lama bercerita belum sempat
aku memperkenalkan diri. Namaku Rosseana Annisa sering kali aku dipanggil Sean.
Aku teringat saat aku dijuluki gadis rajin, dulunya gelar itu terus aku sandang
di seantero kompleks. Iya, itu dulu disaat masih ada banyak misscall tiap bagi
buta. Sekarang pribadiku 180o berubah. Empuknya tempat tidur dan
alunan musik klasik, aaggghhh.... membuatku semakin enggan beranjak. Tapi bila
suara mama sudah melengking melebihi 1 speaker aktif. Secepat kilat akupun harus
segera bergegas meninggalkan semua kemalasanku.
***
“Nis, Jalan Yuk. Kita
tunggu ditempat biasa.” Sebuah pesan yang sangat menyebalkan untukku. Karena apa? Ya, karena aku paling benci
hari libur dan malam minggu. Tiap moment itu selalu saja teman-temanku mengajak
pergi kesana kemari dan aku harus rela jadi baigonnya. Sebenarnya nggak ada yang
salah dengan single, bahkan seorang musisi Andin
berpendapat di lirik lagunya I’m Single
I’m very happy. Tapi kalau sudah bersama teman-temanku I’m Single I’m very happy sudah tidak berlaku. Biasanya aku
ambil jalur pintas dengan berduaan dengan sahabatku, Indah Anin Zulfani istilah
kerennya sih senasib seperjuangan gitu. Kami biasanya menikmati suasana malam
dengan memandangi ramainya langit. Mendadak ponselku berbunyi.
“Halo ini siapa?”
“Liat ke belakang
donk, cantik.”
Tit.. Dengan segera ku
putus panggilan tanpa ba..bi..bu lagi dan dengan sigap kubalikan badan
mungilku.
“Hai dek?” sapanya.
“Kakak.. kok nggak
ngasih kabar sih kalau mau pulang?” Tanyaku terkejut bercampur dengan rasa
heran.
“Maaf ya adikku
sayang. Hehe..” Jawabnya seraya megacak-acak rambutku.
Dia seniorku, namanya
Ahmad Salaz. Entah aku harus menyebutnya apa. Aku kenal dia tanpa sengaja alias
dartem, yaa bahasa sehari-harinya sih
dari temen. Kita berhubungan sudah cukup lama tapi tak ada tanda-tanda dia
ingin melanjutkan kedekatan ini.
***
“Dek kakak mau
curhat.” Katanya merajuk.
“Iya curhat aja kak.”
“Pacar kakak tu rewel.
Sekarang udah jarang ngasih perhatian bahkan bisa dibilang kalau udah nggak
pernah ngasih perhatian, suka ngatur-ngatur, minta ini minta itu, harus gini
harus gitu, pengen banget aku putusin dia tapi aku nggak tega dek. Aku harus
gimana?”
Diiiyyyyyeeeeeeeeeeeerrrrrr serasa petir menyambar tepat diatas
kepalaku. Ternyata selama ini aku salah menanggapi semua perhatiannya. Toh dia
juga selalu bungkam soal statusnya jadi aku menyangka dia sendiri, kenyataannya
dia telah berdua. Kenapa semua jadi seperti ini? Hatiku serasa teriris dengan
pisau yang tumpul.
“Adek? Di tanya kok
malah diem” suaranya membuyarkan lamunanku.
“Emm...eee...Iya kak. Maaf
dipanggil Mama kak, solusinya nanti ya?”
Tit.. Ku akhiri percakapan itu tanpa salam terakhir dan kusambung
dengan menonaktifkan ponselku. Semenjak hari itu aku jarang sekali berhubungan
dengannya lagi. Entah sampai berapa lama.
***
Hari Minggu, Oh My God!! Dengan rasa malas yang
sangat meluap-luap aku beranjak dari surga mimpiku untuk masuk ke dunia maya.
Dunia yang telah lama tak kujelajahi. Kaget bercampur marah ketika aku baca
berpuluh-puluh pesan di inbox dengan pengirim yang sama. Sudahlah, aku ingin move on!! Ku putuskan untuk naik ke atap rumah.
Kupandangi indahnya langit sore berhiaskan kilauan mega yang mulai bersembunyi,
tiba-tiba origami pesawat terbang mendarat mengenai keningku dengan setangkai
mawar merah.
”Aowwww!!” Jeritku,
bukan karena sakit tetapi karena kaget. Perlahan aku buka origami itu dan ku
baca kata yang dibuat bersambung yang bertuliskan.
Datang ke tempat terakhir kita bertemu tepat pukul 19.30. Malam itu
langit ramai.
Dalam hati aku
bertanya-tanya. Siapa pengirim bunga misterius ini?
***
Malam ini waktu telah
menunjukkan pukul 19.05. Ku bolak-balik novel ditangan yang jelas saja tak ku baca.
Aku peras seluruh memori otak untuk menebaknya. Hampir 10 menit waktu berlalu
aku masih bingung. Namun spontan aku bangun dan bersiap. Lama aku menunggu,
terpikir dibenakku yang akan datang adalah DIA namun mendadak harapanku itu
tertepis oleh egoku. Hatiku mulai merasakan kecewa dengan rasa berdebar
menantikan sosok misterius si pengirim bunga.
“Dek?” Samar-samar aku
dengar suara lembutnya dengan segera ku menoleh mencari sumber suara itu.
‘’Kakak ngapain
disini?” Tanyaku terheran.
“Kakak disini buat
kamu. Kamu kenapa sih? Kenapa sms, telphone, bbm, w.a, bahkan inbox fb Kakak
nggak pernah kamu tanggapin? Kakak salah apa? Dek, Kakak kangen sama canda
tawamu.”
Ungkapan hatinya
membuat hatiku merasa miris.
“Nggak Kak, Tak apa”
Jawabku mencoba mengalihkan perhatian.
“Dek?” Lagi-lagi
suaranya yang membuyarkan lamunanku. Matanya seakan menyuruhku untuk
memandangnya lebih dalam. Akupun memandangnya dengan mata berbinar-binar.
“Dek, Kakak sayang
sama kamu.” Ucapannya mengejutkanku, tapi aku tak boleh terlarut. Aku harus
sadar siapa aku. Dia sudah milik orang lain. Aku tak boleh punya rasa yang
lebih kepadanya.
“Iya Kak. Aku juga sayang
sama Kakak. Sebagai sahabat” Jawabku dengan senyum simpul.
“Bukan dek. Aku sayang
kamu lebih dari yang kamu bayangin. Aku baru sadar kalau aku sayang kamu disaat
kita tak saling bertutur sapa. Hari-hariku nampak kosong, sepi, hampa meskipun
disekitarku banyak khalayak ramai. Maaf kemarin aku diam. Sekarang semuanya
telah berubah dek, hidup kakak sudah berubah”
“Tapi kenapa kamu
nggak jujur dari awal?” tanyaku makin memprotes
“Karena kakak juga
sadar itu akan menjauhkan kita sama kayak sekarang, Dek.. Ketahuilah kamu
segalanya untukku. Kamu bidadari duniaku. Aku menyanyangimu. Maukah kamu
menjadi pena dalam lembaran hidupku? Apabila kamu mau katakan I LOVE YOU dan
apabila kamu menolakku katakan AKU BENCI KAMU,”
Tuhan berikan aku yang terbaik. Tuhan yakinkan aku bahwa ini adalah
waktu yang tepat.
Tanpa ragu akupun segera mengucap kata itu.
“I LOVE YOU”
“Kamu serius Dek? Kamu
yakin Dek?” tanyanya meyakinkan dan apa bisaku? Aku hanya bisa menganggukkan
kepala seraya melemparkan senyuman malu.
***
Jawaban dari teka-teki
yang diberikan si pengirim bunga mawar adalah di taman kota, hari dimana
terakhir kita berjumpa, malam itu langit memang sedang ramai dan sejak hari itu
cerita kamipun terus berlanjut...