Karya : Jaziatun Nisa/Sman 2 Pacitan
Gemersik dedauan yang saling berpautan, disertai
derai hujan yang tak kunjung berhenti membuat hatiku semakin kacau. Masih
teringat jelas dibenakku ketika temanku memanggil adiknya dengan sebutan adik.
Namaku Anita Fahmi Assifa, aku duduk dibangku kelas 2 SMA Negeri di Kotaku.
‘’Sifa.. turun sayang, sudah siang.’’ Panggil
Ibuku
‘’Iya bu, sebentar.’’ Jawabku dengan
nada malas.
Bagiku ibuku adalah segalanya. Semenjak ayahku
yang tak begitu peduli denganku karena aku bersekolah di SMA. Sebenarnya sih
aku bersekolah di SMA tak ada satupun yang mendukungku karena mereka
menginginkan aku sekolah di MA. Namun ibuku tetap menghargai setiap pilihanku
meskipun aku tahu dalam hatinya ia juga tak suka. Lain lagi dengan kakakku.
Kakakku bernama Vioanjani. Usianya 2 tahun di atasku dan tentang sifat aslinya
terhadapku sampai sekarangpun aku tak mengetahuinya.
***
‘’Selamat pagi kak!.’’Sapaku dengan
senyum lebar
‘’Pagi.’’Jawabnya dengan ketus.
Serasa berhenti aliran darah ini, hatiku
bergetar, bibirku menggigit dan seketika itu pula air mataku berlinang.
Kutundukkan kepalaku agar ibu dan ayahku tak mengetahui. Kukunyah nasi yang ada
dimulutku dengan cepat dan kumanipulasi dengan sambal agar mereka semakin
tertipu bila aku sedang menangis karena
pedas. Kakakku memang tak suka denganku karena kami beda ayah. Rasa bencinya
padaku semakin bertambah setelah ayahku ketahuan selingkuh di belakang ibuku.
Awalnya ibu menginginkan untuk berpisah, tapi ibu mengurungkan niatnya hanya
karena aku dan keputusan itulah yang paling dibenci kakakku. Kakakku menganggap
bahwa akulah penyebab penderitaan ibu.
***
Hari ini guru bahasa indonesiaku memberikan
tugas untuk membuat puisi. Setelah berfikir cukup lama akhirnya tanganku mulai
mengayunkan sebatang pensil di secarik kertas. Ku goreskan penaku dan ku susun
kata demi kata
Kapan Kakak Memanggilku
Adik?
Langit membiru awan memutih
Langit menghitam awan menghilang
Berharapan besar namun letih
Angan daku berlalu lalang
Kata agama aku adikmu
Kata agama engkau kakakku
Tapi kata mereka aku musuhmu
Kata mereka aku kesedihanmu
Rasa iri pada kawanku
Meluap-luap penuh berisik
Selalu bertanya dalam anganku
Kapan kakak memanggilku adik?
***
‘’Hai, nanti pulang bareng ya?,’’Ucap
seseorang dibelakangku. Aku mencoba menengok. Bibir ini mulai terbelanga
melihat sosok itu. Kakakku yang mengucapnya, dan ingin rasanya aku berteriak
sekencang-kencangnya!.
‘’Iy..iya kak,’’Jawabku dengan wajah
berseri-seri
***
Ketika pulang sekolah aku dan kakakku pulang
bersama. Kami berjalan bersama sepanjang jalan dari sekolah menuju rumah.
‘’Kak, hari ini kakak nampak beda
sekali !.’’Ucapku dengan bibir tersungging.
‘’Nggak tuh !’’ Jawabnya dengan ketus
tetapi ada sedikit senyuman di bibirnya.
‘’Maaf ya dik, kakak minta maaf untuk
kesalahan kakak.’’ Ucapan kakak itu membuatku kaget.
‘’E..e..e iya kak iya, kakak
memanggilku dengan sebutan adik aja aku udah seneng banget. Makasih ya kak! Aku
sayang kakak! Jawabku dengan senyum makin melebar.
Semenjak saat itu kakakku selalu memanggilku
dengan sebutan adik. Tutur katanyapun sangat lembut tak seperti dahulu.
Ternyata ketika aku membacakan puisiku kemarin di depan kelas dia melihatku
menangis. Hal itulah yang telah membuka mata hati kakakku dan menganggapku
sebagai adiknya.