Saturday, November 8, 2014
Ku Nanti Di Balik Awan
Terpaku di tengah hiruk pikuknya siulan burung kecil menari bersahut-sahutan
Membentuk barigade barisan dan simphoni nan indah
Mentari mencuat dari singgasananya
Melirik sekilas dengan tatapan tajam
Sayup-sayup ku mendengar dia berkata
Hai anak manis mengapa kau pandangi awanku
Aku tetap terpaku
Mendengarkan nada klasik tetes embun
Sedikit demi sedikit mulai menganyam kenangan masa silam
Negeri indah di balik awan dalam dongen ibu
Tentang lembut dan hangatnya negeri itu
Bunga-bunga tersenyum mengembang
Kebisingan cicitan burung riuh bersenandung
Semilir angin berteriak tanpa balas
Anak manis pergilah kesana
Dunia ini sedang pincang
Pergilah...
Dongeng ibumu bukan ilusi
Seketika anganku melayang jauh terbang tinggi ke angkasa
Berbaur dengan sang cakrawala
Ku buka mata selebar-lebarnya
Wah, aku bisa menengok seluruh dunia
Ku lihat pula pangeranku sedang terlunta
Ada apa dengannya
Ah.. mungkin saja ia mulai lelah membangun jembatan panjang penghubung bumi dan awan
Ku berbisik pada angin yang senang berlalu lalang
Berusahalah pangeranku
Kumpulkan segenap tenagamu
Ku nanti engkau di balik awan
Negeri indah pelabuhan akhir
Share this
Recommended
Disqus Comments